Perjalanan pulang kali ini serasa tak ada yang berbeda dengan kepulanganku sebelum-sebelumnya, semua sama pada awalnya. Aku menunggu bus lewat di lampu merah Ciceri, karena kalo sore bus bisa masuk
Kursi bus ternyata sudah penuh penumpang hingga ada beberapa penumpang yang berdiri, tentu aku adalah salah satunya. Sempat berangan akan ada orang baik yang menawarkan tempat duduknya seperti minggu kemarin, karena aku terlalu lama berdiri. Namun aku tau hari ini tak ada. Karena mayoritas penumpang adalah perempuan, dan hanya beberapa orang pria. Aku coba menikmati perjalanan pulangku dengan memusatkan perhatianku melihat keluar jendela, menikmati suasana sore hari yang cerah, penumpang semakin bertambah sehingga akupun bergeser semakin tenggelam dalam deretan kelelahan penghujung hari yang melelahkan. Saat jiwaku sedang keluar dari situasi disekitarku, aku disadarkan oleh pembicaraan penumpang yang berdiri disampingku. Ia sedang berbicara dengan seorang wanita yang menggendong bayinya di kursi dibelakangku. Dengan reflek aku menoleh kebelakang karena mendengar godaan perempuan itu pada si bayi. Aku terkesiap, tertegun saat melihat bayi itu, sungguh lucu, sangat lucu. dengan lincahnya si bayi bergerak dan ngoceh serta lirikan matanya yang sangat indah dan menggemaskan serta beningnya mata itu. Sungguh bayi yang imut. Dengan pipi chubby dan kulit bersihnya ia membuat aku ingin menyentuh dan mencubit pipinya. Sang ibu terlihat begitu senang dengan senyuman yang terus menghiasi bibirnya serta meladeni pertanyaan penumpang disampingku tadi.
Tanpa aku sadari bagaimana mulanya, yang aku tau, aku telah turut gabung dengan pembicaraan dua wanita itu. Dari
Begitu mulia hati seorang ibu. Hati yang penuh kelembutan dan cinta kasih. Cinta yang tak akan padam sepanjang masa, cinta yang tak bersyarat, cinta yang tak pernah lelah, ia selalu menerangi disetiap denyut kehidupan. Belaian lembut seorang ibu, curahan kasihnya, adalah sumber kehidupan bagi anaknya. Kebahagiaan seorang ibu adalah ketika melihat anaknya tersenyum bahagia, meski lelah mendera tubuhnya. Teringat kisah Siti Hajar yang berlari antara bukit Shafa dan Marwa untuk mencari setetes air di tengah gurun pasir yang tandus dan sepi, yang tak ada orang lain disana untuk anaknya yang kehausan. Betapa perjuangan seorang ibu sungguh teramat mengagumkan, keagungan seorang ibu yang tak ada gantinya.
Aku jadi ingat ibuku di rumah. Ia adalah wanita terbaik yang Tuhan beri untuk menjadi ibuku. Ibu akan melakukan apapun untuk aku, anaknya. Tak peduli bagaimana dengan dirinya, yang ibu pikirkan adalah bagaimana anaknya. Namun aku sering kali melukainya dengan sikap egoku dan kenakalanku. Ah, mulianya hatimu ibu. Ketulusan dan kasih sayangmu membuat aku tak berati apa-apa, aku tak akan bisa apa-apa tanpa dirimu. Betapa seringnya aku tanpa hal yang jelas membuat suasana di rumah tak nyaman, namun dengan kesabaranmu, engkau mencairkan endapan emosiku yang labil. Membawaku pada suasana yang membuat aku terus ingin bersamamu. Maafkan aku yang tak pernah peduli dengan kelelahanmu, air mata yang mengalir dalam do’a kudus disetiap munajatmu pada-Nya. Mom, I Luv U so much.
Untuk usia yang masih tersisa dalam hembusan nafas yang masih ada
Demi cinta yang mendera jiwa dalam rindu yang menggebu
Aku, ikrarkan
Akan ku baktikan seluruhnya untukmu
Karena engkau adalah seorang Ibu
Dan aku, calon seorang Ibu
0 komentar:
Posting Komentar